Pulau Sapi: Jejak Tradisi di Ujung Timur Madura

Ket. Foto Mas'udi., S.E., Aktivis Muda Asal Pulau Sapudi

detik1.co // Ada sebuah pulau kecil di ujung timur Madura, dipeluk angin laut dan suara ombak yang tak pernah tidur. Namanya Pulau Sapudi sebuah pulau yang seolah diciptakan Tuhan dengan takdir istimewa: melahirkan sapi-sapi juara.

Bagi orang luar, Sapudi mungkin hanya terlihat sebagai hamparan ladang kering dan perbukitan karang. Namun bagi warganya, tanah ini menyimpan denyut kehidupan yang berbeda.
Sejak matahari pertama menyingkap cakrawala timur hingga senja menua di balik laut, seluruh aktivitas masyarakat Sapudi selalu berputar di sekitar satu hal: sapi.

Bagi mereka, sapi bukan sekadar hewan ternak. Ia adalah darah, kebanggaan, dan napas kebudayaan.

Di setiap rumah tersimpan kisah tentang sapi legendaris — tentang joki yang berani menungganginya, petani yang merawatnya penuh kasih, hingga tentang bagaimana seekor sapi mampu menyatukan warga dalam satu irama: kerapan.

Di gelanggang kerapan, keringat, sorak, dan doa melebur menjadi satu. Seolah seluruh Pulau Sapudi ikut berlari di belakang sepasang kaki sapi pacu yang gagah.

Dari pulau kecil inilah lahir nama-nama besar di dunia karapan sapi Madura. Dari sini pula mengalir darah juara yang tak pernah kering, diwariskan dari generasi ke generasi.

Tahun ini, dari Sapudi kembali berangkat seorang anak pulau, Aan Jumahwi, membawa pasangan sapinya yang diberi nama “Bar Bar Oke Gas”, untuk berlaga di Piala Presiden 2025 di Bangkalan, pada 19 Oktober mendatang.

Ia bukan sekadar mewakili dirinya sendiri, tapi membawa semangat ratusan tahun sejarah Pulau Sapudi — sebuah pulau kecil yang tak pernah berhenti melahirkan ketangguhan dan kebanggaan.

“Pulau Sapudi ini memang Pulau Sapi,” ujar H. As’ary, Ketua Paguyuban Pulau Sapudi.“

Baca Juga:
Bupati Jember Beri Santunan Kepada Anak Yatim Piatu dan Kaum Dhuafa, Dalam Giat Safari Ramadhan

“Setiap sapi juara lahir dari keringat dan cinta orang-orang di sini. Kami mungkin tidak kaya, tapi kami memiliki warisan yang tak ternilai — kebanggaan sebagai orang Sapudi.”

Malam hari di Sapudi selalu khas. Di antara sahut ombak dan desau angin laut, sering terdengar gemerincing lonceng sapi dari kejauhan.
Bagi orang Sapudi, itu bukan sekadar suara hewan di kandang melainkan irama kehidupan, nada yang menenangkan hati sejak ratusan tahun silam.

Dan kelak, ketika Bar Bar Oke Gas berlari di lintasan Bangkalan, yang terdengar bukan hanya derap langkah sapi pacu, melainkan denyut nadi Pulau Sapudi itu sendiri berlari bersama harapan, kebanggaan, dan cinta yang tak pernah padam.

Opini Oleh: Mas’udi.,S.E., Aktivis Muda Asal Kepulauan Sapudi

error: